aming aminoedhin
STASIUN BALAPAN
Di antara gerbong-gerbong barang
Matahari panas menyerang. Stasiun
seperti terbakar. Membakar
Di antara gerbong-gerbong renta
Aku berlindung dari matahari yang tua. Terjepit
tersudut antara gerbong-gerbong bisu
Terkantuk-kantuk mata. Menunggu
Menunggu lama. Saat loko tiba
Di antara gerbong-gerbong yang ada
Laparku menghunjam perut, seperti
keris yang punya tuah. Bersiap
menancap untuk membedah
Kereta belum berangkat, meski
muatan barang dan penumpang telah
sarat. Sarat muatan
Gerah tengah hari membakar
Aku lelah duduk bersandar
Menekan pikirrasaku berlayar
Menekan perutku yang lapar
Solo, 1983
STASIUN BALAPAN
Di antara gerbong-gerbong barang
Matahari panas menyerang. Stasiun
seperti terbakar. Membakar
Di antara gerbong-gerbong renta
Aku berlindung dari matahari yang tua. Terjepit
tersudut antara gerbong-gerbong bisu
Terkantuk-kantuk mata. Menunggu
Menunggu lama. Saat loko tiba
Di antara gerbong-gerbong yang ada
Laparku menghunjam perut, seperti
keris yang punya tuah. Bersiap
menancap untuk membedah
Kereta belum berangkat, meski
muatan barang dan penumpang telah
sarat. Sarat muatan
Gerah tengah hari membakar
Aku lelah duduk bersandar
Menekan pikirrasaku berlayar
Menekan perutku yang lapar
Solo, 1983
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berkata. . .